Selasa, 05 Februari 2013

CERITA DEWASA MAINAN PEMBAWA NIKMAT

Cerita Dewasa Mainan pembawa nikmat

 

Cerita Dewasa Mainan pembawa nikmat
- Jam 18.30 aku dan Linda sudah meluncur di jalan. Ia menunjuk sebuah Mall, maka ke sanalah mobilku kuarahkan. Dari keterangan Linda pula aku tahu nanti mesti menuju ke salah satu sudut cafe terbuka di Mall tersebut. Di sana, menurut Linda pula, kita tinggal menjatuhkan apa saja; bisa sapu tangan, korek api, atau barang belanjaan. Setelah itu akan ada laki-laki yang berlagak mengambilkan barang yang jatuh itu. Kalau kita suka pada laki-laki itu tinggal bilang "OK" tapi kalau tidak suka tinggal bilang "Thanx." 

"Kalau OK, mainan itu akan langsung nguntit kita, hi, hi, hi..," jelas Linda sambil cekikikan. 
Aku pun menyambutnya dengan tertawa dan masih ada perasaan-perasaan tegang. 
"Kamu bilang mainan?" tanyaku. 
"Ya, kita semua di tempat fitness menyebutnya mainan, mainan pembawa nikmat, hi, hi, hi..," kata Linda lagi masih ditutup dengan tawa. 

Untung lalulintas tak begitu padat hingga tepat jam 19.00 kami sudah tiba di sana. Cafe yang disebut Linda ternyata hanya warung terbuka biasa yang menjual aneka minuman dan makanan ringan. Tampak di sana sejumlah anak muda laki-laki dan perempuan. 

"Yang cewek nyari cowok, yang cowok nunggu panggilan cewek," bisik Linda, dilanjutkan aksinya menjatuhkan saputangan tanpa menghentikan langkah melewati cafe tersebut. Aku pun tak mau ketinggalan menjatuhkan kaca mata gelapku. Betul saja tidak lama kemudian ada dua anak muda menghampiri dan mengembalikan barang-barang tersebut. Aku pandangan si pembawa kacamataku, seperti terkena sihir mulutku otomatis mengatakan "OK," demikian pula Linda yang mungkin merasa cocok dengan anak yang menghampirinya. Tanpa basa-basi lagi kami memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. 

Setibanya kembali di tempat parkir, dua anak muda itu masing-masing mengenalkan diri. 
"Ronny," kata pasangan Linda sambil mengecup pipi Linda kemudian menjabat tanganku. Linda pun membisikan namanya. 
"Alvin," kata pasanganku sambil mengecup dan menggandeng pinggangku. 
"Oh," hatiku terasa melayang meski hanya digandeng begitu saja. 
Kemudian kubisikan pula namaku. Suasana yang lama hilang serasa kembali lagi. Segera pula kurugoh tas kecilku untuk mengambil kunci mobil. 
Begitu hendak membuka pintu mobilku, Alvin merebutnya sambil berbisik, "Biar Ronny saja yang nyetir, kita di belakang." 
Aku langsung mengangguk menyetujuinya. 

Kami meluncur ke arah utara kota. Baru saja beberapa ratus meter meninggalkan halaman Mall, tangan Alvin sudah mulai beraksi. Ia mengusap-usap leherku, kemudian mendekat dan menciuminya dari samping. Tak ayal aku menggelinjang. Ciuman Alvin menjalar ke kuping, terus melaju, dan akhirnya mendarat di bibirku. Mendapat serangan yang sudah lama kurindukan, kontan kubuka bibirku langsung menyambut juluran lidah Alvin. Kami pun berpagutan cukup lama. Dari sudut mataku kulihat Linda pun merapat, terlihat gerakan tangannya menghampiri celana Ronny. Sejenak tampak Ronny mengangkat badannya, rupanya ia memberi ruang pada Linda untuk membuka resleting celananya dan mengeluarkan kemaluannya. 

"Ehmm.. lumayan besar," demikian terdengar suara Linda, tapi tak kulihat lagi kepalanya karena sudah merunduk tenggelam di pangkuan Ronny yang sedang menyetir. Selanjutnya hanya kudengar suara kecupan dan kuluman mulut Linda yang rupanya sedang melakukan oral di kontol Ronny. 

Aku sendiri mulai sibuk, lidah kami saling melilit dalam ciuman yang sangat hot. Alvin mulai meraba-raba pahaku, kemudian naik hingga sampai di bagian "V" celana dalamku. Aku bergeser memberikan ruang bagi tangannya agar bisa tepat di celah belahan memekku. Sementara tanganku pun mulai berani merayap tepat di atas sebentuk benda tegang di balik celananya. Kuelus-elus benda hangat yang berada di balik celana itu, dengan jari telunjuk dan jempol kujelajahi sepanjang batangnya. Aku punya kesimpulan kontol Alvin relatif besar, dari pengalamanku pula aku yakin saat itu belum mengeras sepenuhnya. 
"Kalau sudah ngaceng sepenuhnya tentu besar sekali," begitu pikirku. 

Alvin masih mengelus-elus celah memekku dari luar dengan jari tengahnya. Aku yakin celana dalamku jadi basah karenanya. Sementara itu mobilku terus melaju di tengah keramaian kota. Untung seluruh kaca mobilku berlapis pelindung cukup gelap. Kami bisa melihat ke luar tapi orang-orang di luar tak pernah tahu apa yang kami perbuat. Ada juga perasaan aneh ketika melakukan itu semua di tengah keramaian, tapi yang jelas nafsuku menjadi lebih bergelora hingga pagutanku di mulut Alvin kian ganas. Apalagi ketika mobil berhenti di lampu merah, aku malah membayangkan orang-orang di mobil di kiri-kanan kami sedang menyaksikan adegan-adegan hot ini. Begitu pula ketika ada orang lewat menyebrang, ingin rasanya aku ditonton mereka. Ahh.. pendeknya pengalaman baru yang sungguh mengasyikan. Tanganku pun mulailah membuka ikat pinggang celana Alvin, langsung pula menarik resletingnya. Langsung kontolnya meloncat keluar karena ternyata Alvin tak memakai celana dalam. 

"Wow, besarnyaa..," teriakku agak kaget begitu melihat kontol Alvin. 
Lantas sambil menggenggam batang kontol pacar baruku itu aku berbisik, "Vin, apa kesukaanmu?" 
"Blow job," jawab Alvin ringkas. Aku terdiam belum mengerti. 
"Iseplah..," kata alvin menjelaskan. 
Aku pun senyum dengan menggenggam kontolnya lebih erat lagi, "Jadi blow job itu artinya ngentot pakai mulut?" tanyaku bermanja-manja dan pura-pura bodoh. 

Setelah itu tak banyak bicara lagi kujilati bagian kepala kontolnya Alvin. Ini adalah bagian pemanasan yang paling kusuka ketika Amri masih hot-hotnya. Maka ketika kujilati, kuciumi, dan kuemut-emut kepala kontol Alvin, aku melakukannya dengan intens sekali. Alvin pun segera melenguh merasa nikmat, tangannya dengan agak kasar menyingkapkan celana dalamku ke pinggir hingga jarinya kini bisa menyentuh langsung alat kenikmatanku yang sudah lama tak tersentuh laki-laki itu. 




"Sluurrpp..," mulutku maju lebih jauh lagi melahap batang kontol Alvin, sejenak kutahan di sana sambil kurasakan bahwa kontol Alvin ternyata masih tumbuh membesar. Tahu begitu maka aku merangsangnya lebih keras lagi karena ingin segera tahu seberapa besarnya jika sudah ngaceng sepenuhnya. 

"Sluurrpp..," mulutku maju lagi hingga separo kontol Alvin masuk, terasa ada yang berdenyut dan tumbuh mengembang. Kubiarkan kutahan di dalam, dan kian lama terasa mulutku kian penuh hampir tak bisa lagi menampung kebesaran kontolnya. Saat itulah kulepas mulutku, kupandangi benda yang ternyata tampak gagah sekali itu. Seluruh batangnya mengkilat karena basah oleh ludahku, kugenggam di bagian pangkalnya, kogoyang-goyang.. Ohh.. benda yang sangat kurindukan kini ada digenggamanku. 

Sekali lagi "Sluurrpp..," kulahap sekaligus kontolnya. 
Kini kuusahakan bisa masuk sedalam mungkin. Ternyata betul-betul sungguh besar, hanya lebih sedikit dari setengahnya sudah menyentuh tenggorokanku. Agak sesak tapi kubiarkan tenggelam di dalam untuk beberapa saat. Sambil kuemut-emut kontolnya, perlahan-lahan kupelorotkan celana Alvin hingga lepas. Seusai itu, Alvin pun berusaha memelorotkan celana dalamku. Di ruang kursi mobil yang sempit, ternyata usaha melepas celana dalam itu menjadi tidak mudah. Masalahnya aku mau melepasnya tanpa mau melepas kuluman mulutku di kontolnya, demikian pula Alvin seperti tak mau kehilangan memekku. 

Setelah berjuang keras akhirnya lepas pulalah celana dalamku. Alvin kini dengan merdeka mulai bisa menusukan jarinya yang besar. Ohh.. baru dengan jari itu saja aku sudah merasa melayang, maka kurespon sodokan jarinya dengan memaju-mundurkan pantatku, sementara mulutku pun mulai mengangguk-angguk memberikan gerakan kontol Alvin agar keluar-masuk. 

"Ohh.. Tarsih, ohh.. dewiku, sedap sekali sedotanmu.. memekmu pun sungguh masih ketat sekali.. aku pengen segera mengentotnya," erang Alvin karena nikmat. Aku merasa begitu tersanjung, maka segera aku lepaskan kuluman, naik ke pangkuannya dengan kontol Alvin diusahakan tak lepas dari genggamanku. Kedua kakiku kini ada di atas kursi mobil, dengan posisi jongkok begini kusentuh-sentuhkan kepala kontol Alvin di celah memekku, sesekali disentuhkan pula ke kelentitku yang sudah sangat peka. 

Kemudian, "Bless.." sekaligus kutanamkan kontol besar itu dengan tak sabar. 
"Ohh.. ahh..," aku pun mengerang karena kaget sendiri merasakan kontol yang begitu besar melesak masuk. Demikian kerasnya eranganku sehingga membuat linda bangkit dari kegiatannya kemudian melirik ke belakang. 
"Gimana, asyik Teh Tarsih?" tanya Linda menggodaku yang sedang nikmat. 
"I.. i.. yaa, Linda.. Kontol Alvin gede sekali, asyik sekali," jawabku sambil mulai menggoyang-goyangkan pinggulku. 

Pada saat itu pula sempat kulihat lagi keramaian kota. Dengan posisi sudah mulai sanggama, dalam keadaan kontol pasanganku sudah tertanam di memek laparku, melihat keramaian di luar kian membuat aku terangsang lagi. 
Maka kugenjot kontol Alvin lebih hebat lagi, hatiku seolah-olah berteriak kepada orang-orang di jalanan, "Heii.. orang-orang lihatlah.. lihatlah aku lagi ngentot dengan nikmat sekali.. ngentot kontol gede.. hhmmhh.. ahh." 

Gerakan pantatku turun-naik di atas kontol Alvin kian cepat, Alvin pun sesekali membalasnya dengan mengangkat pantatnya hingga kontolnya tertanam sepenuhnya di memekku. Rasa dahagaku yang sudah cukup lama tak merasakan kontol, rupanya membuat nafsuku jadi sangat berlebihan, sehingga aku tak bisa mengontrol dan membuat persetubuhan berlangsung begitu cepat. 

"Ohh.. Vin, Alvin.. entot terus, entot memekku yang lapar ini.. entot, jangan berhenti.. ohh teruss.. aku hampir sampai di puncak.. teruss.. ohh.. ohh.. ohh.. ahh!" Sebuah erangan panjang menandakan aku sudah mencapai orgasme. 

Sementara aku tahu bahwa Alvin masih segar bugar. Karena itu kuelus kepalanya untuk menghibur, sementara Alvin membenamkan wajahnya di celah buah dadaku. Dengan kontol yang masih tertanam di memekku, dijilatinya seluruh celah dari lembah payudaraku, kemudian naik ke puting susu sebelah kiri, melintas lagi di celah lembahnya dan pindah ke puting susu sebelah kanan, sesekali mendarat agak lama di salah satu puting susuku yang sejak tadi sudah begitu keras. Di isap-isapnya di situ, adakalanya digigit-gigit kecil sehingga menimbulkan rasa geli bercampur nimkat. 

Sampai pada adegan ini sudah terpikir pula untuk membalas kenikmatan yang telah diberikan oleh Alvin, tapi sementara itu pula aku berkesempatan melihat ke arah luar jendela mobil untuk melihat ke arah mana kira-kira mobil ini melaju. Dengan sekilas aku segera tahu mobil sedang melaju ke rah utara, maka aku tanya ke Ronny atau pun Linda yang juga sedang asyik di depan, "Heh, sedang menuju ke mana kita ini?" 

Yang menjawab ternyata Linda dengan tanpa mau melepaskan emutan mulutnya di kontol Ronny sehingga suaranya seperti suara orang yang tersumpal, "Mmpphhff.. ki.. fftaa.. kee.. ff 'L" saa.. phhjaa.. di sana.. phHPp.. ada hotel mmff.. hotel.. yang asyikk.. mmff.. slrupp." 

Aku sebetulnya setuju-setuju saja, tapi tiba-tiba saja muncul pikiran lain sehingga aku protes, "Nggak, deh, oohh.. eyy..," kalimatku terhenti karena kaget dan geli oleh gigitan Alvin di puting susuku, "Balik ke rumahku saja..," lanjutku sambil tetap mengelus-elus kepala Alvin yang terasa pula kontolnya masih berusaha menusuk keluar-masuk di memekku. 
Mendengar protesku Linda yang tenggelam di antara selangkangan Ronny tiba-tiba bangkit, "Bener nih?" 
"Serius, kita balik ke rumahku saja.." jawabku tegas. 

Ronny dan Linda tampak sejenak saling pandang, tapi kemudian sepakat tak berani melawan permintaanku. Maka di satu persimpangan Ronny memutar balik haluan, kemudian meluncur menuju ke rumahku yang sedikit agak di bagian selatan pusat kota. 
Setelah tahu kendaraan yang kami tunggangi menuju arah balik, maka aku pun segera ingat kepada tugas ingin membalas kenikmatan yang telah diberikan Alvin. 

"Kamu.. belum keluar, ya, sayang.. kontolmu masih ngaceng keras.. biar aku bikin keluar, yaa..," kataku sambil mengangkat kepala Alvin kemudian memagut bibir, dan kami kembali berciuman cukup lama. 

Tanpa melepaskan bibir dan lidah kami yang saling berjalin, aku mengangkat tubuhku pelan-pelan sehingga sedikit demi sedikit kontol Alvin keluar dari jepitan memekku. Menjelang kepala kontolnya lepas cepat-cepat tangan kiriku menuju ke bawah untuk menyambutnya dan menggenggamnya. Terasa sekali kontol Alvin begitu licin karena basah oleh cairan orgasme yang tadi telah keluar dari memekku. 

Sambil sedikit kukocok-kocok kontol yang licin itu, aku berbisik pada Alvin, "Kamu pernah di 'tits-fucking,' dientot pake payudara, sayangg.. Sini aku kasih tits-fucking sambil sesekali aku sedot kontolmu dengan mulutku yang haus ini, yaa..?". 
"Belum.. pernah, ohh.. asyik sekali.. sejak semula aku sudah tertarik sama susu gedenya Tante Tarsih.. asyik sekali kayaknya dijepit di sana.. ayo, dong, Tante.. Al sudah tak tahan nih..," jawab Alvin kelihatan sudah tak sabar. 
"OK sayang.. sini taro kontolmu di antara susu Tante..," kataku sambil menyangga kedua susuku dengan kedua tanganku. 

Posisiku agak sedikit turun dari jok mobil, sementara Alvin sedikit naik dengan mengarahkan kontolnya di antara celah dua bukit payudaraku. Begitu tiba di sana langsung aku sambut dan aku tekan payudaraku hingga menjepit kontol Alvin. 
"Ahh.. uuhh.. Tantee..," lenguh Alvin kenikmatan sambil mulai mengocok-kocokan kontolnya di sana. 
Kontolnya yang memang lumayang panjang dan gemuk, sesekali bagian kepalanya menyentuh daguku. Dengan begitu memudahkan aku untuk bisa menyambutnya dengan mulutku. 

Dengan sedikit merunduk dengan mulut telah siap terbuka, maka kontol Alvin pun sesekali masuk di mulutku. Setelah beberapa kocokan, Alvin menghentikan gerakannya. Aku tahu Alvin minta kontolnya diisap, maka segera pula aku merunduk agak jauh lagi sehingga sebagian kontolnya bisa masuk ke mulutku. Kutahan dan kubiarkan terbenam di sana untuk beberapa saat, ketika di dalam kuemut-emut mulutku sambil menggerak-gerakan lidahku menyentuh-sentuh batang dan kepala kontol Alvin. Ohh.. luar biasa sekali, aku bisa merasakan langsung bekas cairanku sendiri di kontol Alvin. 

Adegan dan wanginya cairan memekku sendiri ini sungguh membuatku terangsang kembali. Nafsuku untuk bersetubuh sudah kembali pulih, ingin sesungguhnya aku segera naik kembali menunggangi kontolnya Alvin. Tapi kuputuskan untuk meneruskan memberikan tits-fucking sambil melomoh-lomoh kontolnya dan sesekali kusedot-sedot, kuisap-isap. 

Alvin sendiri kelihatan sekali merasa nikmat dan bahagia dengan pelayanan itu, "Oohh.. emmhh.. nikmat sekali rasanyaa.. Tantee.. teruss.. jepit terus dengan susu tante yang gede itu.. ohh.. ya, sedott, jangan berhenti.. tantee.. sedapp, wah sudah kuduga tante ini hebat.. aku mau deh setiap hari ngentot sama Tante Tarsih," kicaunya. 

Mendapat pujian itu ditambah berahiku sendiri, maka aku kian bersemangat menjepitkan susuku dan nyedot kontolnya sampai pipiku kempot saking kuatnya. Kurasakan gerakan maju-mundurnya Alvin pun kian deras, kontolnya terasa sudah sangat tegang sekali, aku tahu itu adalah tanda-tanda Alvin sudah kian dekat ke puncak kenikmatannya. Tak ayal aku pun mengimbangi gerakan-gerakan pantatnya dengan semakin bersemangat. 

Hingga tak lama kemudian, "Oohh tantee.. teruuss.. aku sudah hampir.. sudah dekatt.. teruss.. ohh.. uhh.. mmhh.. ohh.. uhh.. mmhh.., aku tak tahan lagii.. keluarin di mana tantee..," erangan dan kicauan Alvin bercampur aduk. 
"Keluarin di mulutku saja.. sayangg.. ohh.. mari penuhi mulut tante yang lapar ini dengan spermamu yang hangat.. ayo keluarin.. sayangg," jawabku ingin segera melihat pasanganku mencapai puncak kebahagiaannya. 
"I.. i.. ini dia tantee.. aku keluarr.. huuhh.. ahh..," teriak Alvin, bersamaan dengan itu kurasakan kontolnya menjadi super tegang diiringin meletupnya semburan air mani dari kontolnya hingga membentur pangkal tenggorokanku. 

Begitu banyak air mani yang ia keluarkan hingga mulutku tak sanggup menampungnya. Sebagian langsung kutelan, sebagian lagi kubiarkan keluar di atas kedua payudaraku sambil tak henti-hentinya aku teruskan mengocok kontolnya. Luar biasa sekali, ketika kukocok di luar pun sperma Alvin masih meluap demikian banyak sehingga membanjiri seluruh permukaan buah dadaku, kemudian meleleh turun membasahi sebagian perutku. 

"Mmhhmmffhh.. Al, sayangku.. luar biasa banyak sekali sampai banjir..," kataku sambil menyusut air maninya yang turun ke perut untuk kemudian kujilati lewat tanganku hingga bersih. Begitu pula yang membasahi buahdada-ku, aku coba untuk menyendoknya dengan tangan kemudian aku lahap pula, lantas dengan sengaja kuperlihatkan pada Alvin ketika menjilat jari-jariku yang masih bersisa air maninya, berulang-ulang kujilat hingga bersih. Tak lama kemudian terdengar kehebohan di kursi depan, Linda setengah berteriak-teriak sambil mengocok kontol Ronny yang masih tetap di belakang kemudi. 

"Ayoo.. Ronny-ku, keluarkan.. tuntaskan sayang.. aku nggak mau kalah sama Teh Tarsih.. aku pun ingin sperma hangatmu.. ayo keluarkan." 
"I.. i.. iya tante Linda, kocok terus, saya sudah hampir, kocok yang keras.. ehh.. sambil diemut lagi.. tante..," pinta Ronny. 

Kemudi mobil sedikit agak bergoyang, aku dan Alvin saling berpandangan lantas tersenyum. Kontol Alvin yang sudah melembek masih di dalam elusan tanganku, Alvin pun dengan mesra tak lepas-lepasnya mengelus bibir memekku sambil mengecup-kecup puting payudaraku. Rupanya dia betul-betul terpesona oleh kebesaran buah dadaku. 

Lagi-lagi suara Ronny terdengar, "Yaa.. yaa.. ahh.. uhh.. ya tante, hampir tante.. aku mau keluar nihh.." 
"Ya, ya, ya, keluarkan saja di mulutku," kata Linda yang rupanya tak mau kalah dengan aku. 
"Emmhh.. ahh.. tantee.. aku keluarr..," erangan panjang terlepas dari mulut Ronny. 

Tapi bisa kupastikan Linda sedang sibuk dengan limpahan sperma pasangannya. Tak ayal, mobilku pun jadi penuh oleh aroma sex. Aku sendiri, anehnya, merasa begitu bahagia dan sangat menikmati permainan yang nikmat ini. Tanpa terasa mobil yang kami tumpangi sudah berada di depan gerbang rumahku. 

Linda tiba-tiba bangkit dari kursi depan lantas bertanya kepadaku, "Eh, Teh Tarsih.. ini betul, serius.. gimana kalau suamimu ada di rumah?" 
"Serius, dan memang aku ingin dia tahu," jawabku tegas. 
"Yang bener?" tanya Linda lagi masih ragu. 
"Bener, ayo Ronny masuk saja jangan ragu-ragu," kataku. 
"Baik, tante," jawab Ronny sambil memasukan mobil. 
"Ya, nanti kita teruskan lagi permainannya, ya!" sambungku dengan suara menggoda. 

Mobil pun masuklah ke halaman rumah, langsung masuk garasi dan kami segera turun dengan pakaian masing-masing yang masih berantakan. Pakaianku basah di bagian depan karena terkena limpahan spermanya Alvin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar